Kesalahan Jamaah Haji Selama di Arafah




Meski memiliki keistimewaan yang sangat besar, masih banyak umat Islam yang tidak menghargai keistimewaan ini. Sungguh ironis, masih banyak jamaah haji yang jatuh dalam kesalahan-kesalahan fatal saat beribadah di Arafah. Kesalahan-kesalahan ini disebabkan kekurangan ilmu, kurang motivasi dalam beramal atau sikap tidak peduli. Para jamaah haji perlu mengetahui kesalahan-kesalahan ini agar bisa menghindarinya dan bersyukur atas nikmat ilmu dan cinta sunnah yang Allah Ta’ala anugerahkan.
Diantara kesalahan-kesalahan yang sering terjadi selama wukuf di Arafah adalah sebagai berikut :
  • Wukuf di luar wilayah Arafah. Saat melakukan patroli, para dai dari Kementerian Agama Arab Saudi masih banyak menemukan jamaah haji yang melakukan wukuf di luar Arafah. Padahal kesalahan ini jika tidak diluruskan mengakibatkan haji kita tidak sah.
  • Keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam. Wukuf adalah rukun haji, sedangkan melakukan wukuf hingga matahari terbenam adalah salah satu kewajiban haji. Jika jamaah haji sudah keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam dan tidak kembali lagi, maka ia telah meninggalkan salah satu kewajiban haji dan harus membayar dam dengan menyembelih seekor kambing.
  • Menyibukkan diri dengan naik Jabal Rahmat, berjalan-jalan, atau menuliskan prasasti di sana. Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak mendaki gunung ini saat wukuf. Jadi barang siapa mendaki gunung dan menyakininya sebagai ibadah, maka itu adalah bid’ah. Jika menaikinya sebagai refreshing, maka hukumnya boleh, tetapi ada hal lain yang lebih baik dilakukan di kesempatan yang belum tentu terulang ini.[13] Imamul Haramain al-Juwaini mengatakan, “Tidak ada nilai ibadah dalam menaiki gunung ini, meski orang-orang biasa melakukannya.”
  • Menghadap ke Jabal Rahmat saat dzikir dan doa dan membelakangi kiblat. Yang sesuai dengan sunnah adalah menghadap ke kiblat saat berdoa, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu : Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat hingga tib di tempat wukuf, maka beliau jadikan perut unta beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam al-Qashwa di bebatuan (di belakang Jabal Rahmah), menjadikan rombongan pejalan kaki di depan beliau dan menghadap kiblat. (HR. Muslim no. 1284). Saat wukuf, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap Jabal Rahmah, tetapi pada saat yang sama beliau juga menghadap kiblat. Beliau menjadikan Jabal Rahmah dan Ka’bah di arah depan beliau. Jika keduanya tidak bisa digabungkan, maka yang diutamakan adalah menghadap kiblat, bukan gunung.
  • Tidak mengoptimalkan dzikir dn doa, tapi malah banyak ngobrol dan bercanda. Hal ini sangat disayangkan, mengingat keistimewaan hari Arafah dan singkatnya waktu wukuf. Saat anda menempati tempat wukuf anda, ingatlah bahwa ada jutaan umat Islam yang menginginkan tempat itu, namun mereka tidak bisa mendapatkannya karena tidak memiliki biaya, tidak memiliki kondisi fisik yang memungkinkan, atau sebab lain. Dan Andalah yang dipilih Allah Ta’ala, maka jangan sia-siakan kesempatan emas ini dengan obrolan dan canda tawa!
  • Menyibukkan diri dengan berfoto ria selama di Arafah. Terlepas dari perselisihan para Ulama dalam masalah hukum foto makhluk bernyawa, foto-foto ini bisa menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan Anda ke dalam kubangan riya’ (beramal agar dilihat dan dipuji orang lain) yang membuat ibadah haji Anda sia-sia. Sebisa mungkin tutuplah ibadah mulia ini dari pandangan manusia, sehingga hanya Allah Ta’ala yang tahu, karena hanya dari-Nyalah kita mengharap pahala.
  • Merokok. Kebiasaan buruk ini sayang sekali masih kadang dilakukan jamaah haji saat menjalankan rukun terpenting ibadah haji.
  • Menghibur diri atau mencari kekhusyu’an dengan alunan musik
  • Bersolek. Agama kita melarang wanita bersolek saat keluar rumah. Larangan ini menjadi lebih tegas jika dilakukan saat menjalankan ibadah haji dan berada di tanah suci. Demikian pula dengan dua kesalahan yang sebelumnya. Jika kita melakukannya, masihkan kita berharap haji mabrur, sedangkan syaratnya adalah meninggalkan kefasikan dan maksiat selamat menjalankan ibadah ini ?

Itulah beberapa contoh kesalahan yang sering terjadi selama di Arafah. Masih banyak lagi kesalahan-yang lain yang harus dihindari jamaah haji, namun apa yang disebutkan diatas cukup sebagai isyarat kepada kesalahan-kesalahan yang lain. Akhirnya kita berdoa, semoga Allah Ta’ala menunjukkan kebenaran sebagai kebenaran dan kita bisa mengikutinya. Dan semoga Allah Ta’ala menunjukkan kesalahan sebagai kesalahan dan kita bisa meninggalkannya. Sungguh Dialah Yang Maha Mendengar. Dialah harapan kita, dan cukuplah Dia bagi kita. Wallahu A’lam

(Ustadz Anas Burhanuddin, MA)
 
REFERENSI :
1.      Asy-Syarul Mumti, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Dar Ibnil Jauzi.
2.      Al-Mughni, Ibnu Qudamah, Dar ‘Alamil Kutub.
3.      Tabshirun Nasik bi Ahkamil Manasik, Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad.
4.      Syarh Shahih, an-Nawawi, Darul Khair.
5.      Nihayatul Mathlab fi Dirayatil Madzhab, Imamul haramain al-Juwaini, Darul Minhaj
Sumber: Majalah As-Sunnah edisi: 06/thn XV/Dzulqadah 1432H/Oktober 2011M

0 comments:

Post a Comment